Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Kamis, 27 Oktober 2016

Saya Wanita

Saya berhenti.

Berharap pada suatu yang tak pasti.
Bergantung pada suatu yang tak kokoh.

Saya; penikmat kopi dan susu pada pagi hari.

Saya pernah bercerita tentang dia. Lelaki yang itu. Lelaki permen karet itu.

Saya pernah berjanji bahwa saya yang akan segera tak mengenal dia.
Saya yang telah berkata bahwa sebentar lagi saya akan melupakan semuanya.
Saya pula yang mengingkarinya.

Jujur, saya lelah. Lelah dengan kepura-puraan saya untuk lebih tegar dan kuat.
Lelah dengan kepura-puraan bahwa saya sudah lupa tentangnya.
Lelah dengan kepura-puraan bahwa saya merelakan dia untuk pergi.

Bahwa ia yang memang membuat hati saya berdebar sampai detik ini.
Sakit yang saya rasa tak pernah dihimbau olehnya.
Kecewa yang saya rasa tak pernah terlintas di benaknya.

Sungguh, Tuan. Sakit, perih. Sungguh, ia memang pandai menggores luka.

Saya adalah wanita yang merasa bahwa dia lah yang menusuk paling perih.

Bagaimana tidak?

Ketika saya berjuang, ia pergi.
Ketika saya sudah mulai sayang, ia hilang.
Ketika saya mulai lelah dan tak ingin mengejar, ia datang lalu dengan bodohnya saya menjamu.

Ia datang dengan dekapan hangat, cuaca kali itu memang dingin. Ia pulang dengan peluk, saya yang menggigil bisa apa? Menolak? Mustahil.

Saya adalah wanita yang mungkin fakir dekapan. Ketika ia mendekap, saya menerima.

Ini adalah saya, seorang wanita 20 tahun.
Pernah berjuang dan berlari untuk dia namun terabaikan.

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyerah. Saya berhenti berharap.

Terimakasih.
Dengan segala hormat

LK-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah membacanya, happy reading :)